Nafsiah Sabri, Wanita di balik Kesuksesan Dahlan Iskan
Nafsiah Sabri, Wanita di Balik Kesuksesan Dahlan Iskan
OPINI
| 05 October 2013 | 19:19
Dibaca:
1418
Komentar: 15
5
Dibalik kesuksesan pria, sudah pasti terdapat
wanita hebat di belakangnya. Demikian halnya dengan seorang Dahlan.
Setidaknya ada dua wanita hebat dibalik kesuksesan Dahlan Iskan. Ibu
kandungnya almarhumah Lisnah Iskan dan istrinya Nafsiah Sabri.
Kali ini, saya akan mengupas tuntas sosok Nafsiah Sabri. Wanita asal Loa
Kulu, Kutai Kartanegara ini adalah ibu dari anak-anak Pak Menteri.
Wanita yang sering saya panggil “mamak” ini setia mengikuti Dahlan dari
awal kehidupan yang sangat pahit. Setelah menikah, mereka menyewa rumah
sangat sederhana di Samarinda.
Seluruh tiang rumah sewaan ini menancap di Sungai Karang Mumus, anak
Sungai Mahakam. Hanya teras rumahnya yang menempel di bibir jalan raya.
Tak ada perabotan memadai di rumah itu. Kasur tempat mereka tidur pun
harus digulung kalau siang hari, agar rumah tanpa kamar itu tetap terasa
lebar.
Nafsiah adalah seorang guru SD. Gajinya banyak menunjang kehidupan
sehari-hari. Ketika lahir anak pertama mereka, Azrul Ananda (kini
presiden direktur Jawa Pos), mereka bisa menyewa rumah yang ada kamarnya
meski di gang sempit.
Bagaimana keduanya bertemu?
Nafsiah dan Dahlan sama-sama aktivis di Pelajar Islam Indonesia. “Bapak
Rully (Azrul) itu dulu tidak bisa pacaran. Aku ini dulu yang
habis-habisan yang memacari dia,” cerita Nafsiah sembari terkekeh-kekeh.
Dia juga bukan tipe pria romantis. “Sesekali memang romantis. Tapi itu
pasti Bapak Rully sedang ada maunya,” lanjutnya tanpa dapat menahan
ketawanya.
Nafsiah, kedua dari kiri. Foto: Jawa Pos
Pada akhir dekade 1970-an, Dahlan pindah ke Surabaya. Majalah Tempo
merekrutnya untuk menjadi kepala biro Jawa Timur. Melihat potensi dan
semangat Dahlan, manajemen Tempo memutuskan untuk membeli harian Jawa
Pos yang sudah hampir bangkrut. Dengan modal awal Rp 40 juta, lima
redaktur potensial, 5.000 eksemplar oplah tiap hari, ditambah spirit dan
optimisme tinggi, pada awal dekade 1980-an Dahlan bergerak menjajakan
Jawa Pos dengan manajemen baru. Dari sinilah sinar terang kehidupan
Dahlan dimulai.
Kembali ke Nafsiah. Pada tahun-tahun pertama Dahlan menangani Jawa Pos,
istrinya itu selalu bolak-balik dari rumah ke kantor membawakan baju
ganti dan makanan. Dahlan seringkali tidak sempat pulang. Biarpun ketika
itu sudah punya mobil, Nafsiah tidak bisa memakai mobil itu dengan
leluasa karena dipakai mengangkut koran Jawa Pos.
Selain itu, Nafsiah diminta Dahlan menjadi agen Jawa Pos untuk daerah
Rungkut Tenggilis Mejoyo, tempat tinggal mereka. Selesai sholat Subuh,
Nafsiah nongkrong di teras, melipat dan menghitung koran.
Nafsiah sejatinya ingin kembali mengajar di sekolah, tapi Dahlan tidak
mengizinkan. Bahkan Nafsiah tidak bisa lagi menemukan ijazah dan
surat-surat penting lainnya. Ketika ijazah itu ia tanyakan kepada
Dahlan. Jawaban Dahlan,”Sudah saya bakar.” Tapi Nafsiah tidak yakin
suami yang dipanggilnya dengan sebutan ‘Bapak Rully (Azrul) itu telah
membakar ijazahnya. “Curiganya, surat-surat penting itu hanya
disembunyikan Bapak Rully,” tuturnya.
Meski bersura lantang dan tegas, wanita kelahiran Samarinda ini tetap
lembut, humoris, dan perhatian. Saat Dahlan hendak berangkat kerja, ia
seringkali memanggil dan mengejar Dahlan sampai pekarangan rumah untuk
sekedar membetulkan kerah baju yang tidak teratur. Kadang, dia menyisir
rambut Dahlan yang awut-awutan. Untungnya Dahlan tidak biasa pakai
sepatu. Kalau Dahlan tiap hari pakai sepatu, mungkin Nafsiah punya
tambahan kerjaan ekstra, harus selalu membetulkan tali sepatunya. hehe.
Sampai mereka menempati rumah lumayan bagus di Rungkut Surabaya,
memperhatikan kerapian itu tetap dilakukan. Tentu tidak ada seorang pun
yang melebihi kecemasan Nafsiah, ketika hati Dahlan harus diganti karena
serangan kanker yang ganas. Dan alhamdulillah, semua berjalan baik.
Dokter yang menangani Dahlan mengakui, “Kesehatan Pak Dahlan sangat
bagus, bahkan lebih sehat dibanding kesehatan saya sendiri,” kata Dokter
itu.
Kelebihan lain dari seorang Nafsiah adalah kelezatan masakannya. Ini
diakui oleh para kolega dan mantan anak buahnya yang pernah mencicipi
masakan nafsiah. Hazairin Sitepu CEO Radar Bogor mengatakan hal yang
sama. “Masakan Bu Nafsiah memang luar biasa lezat. Saya kalau makan
masakannya selalu nambah-nambah,” tutur Hazairin.
Karena itu, tidak mengherankan kalau Dahlan seringkali membawa bekal
masakan istrinya ke kantor. Jika bepergian untuk beberapa hari dan
kebetulan Nafsiah tidak bisa ikut, Dahlan selalu kangen dengan masakan
istrinya itu. “Ah, Bapak Rully mah kangen sama sajian ‘masakanku’ yang
lain,” kata Nafsiah berseloroh.
Semula, ketika Dahlan Iskan akan diangkat Presiden SBY menjadi Dirut
PLN, Nafsiah tidak setuju. Dia tidak ingin suaminya masuk di jajaran
pemerintahan. Nafsiah berharap Dahlan tetap di swasta. “Apa sih yang
Bapak Rully cari? kehidupan kita sudah makmur. Anak-anak dan cucu sudah
berpenghidupan bagus. Anak-anak juga lulusan Amerika semua,” ujar
Nafsiah. Ketika di berita TV, ada pejabat yang ditangkap dan dijebloskan
ke penjara, Nafsiah kontan membangunkan dan menggeret Dahlan ke depan
TV. “Kamu mau nantinya seperti pejabat itu?” seru Nafsiah.
Dahlan lantas memberi pengertian pada istrinya. Dia mengatakan, setelah
tindakan operasi ganti hatinya telah berhasil dengan baik, kehidupannya
sekarang dianggapnya sebagai kehidupan kedua. Dia mewakafkan dirinya
demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat Indonesia. “Saya tidak
akan mencuri. Tidak akan korupsi. Saya akan kerja, kerja, kerja. Demi
Indonesia,” tegas Dahlan. Akhirnya, hati Nafsiah luluh dan mendukung
semua keputusan suaminya.
Pun demikian ketika Dahlan memutuskan memenuhi permintaan SBY dan Parta
Demokrat untuk mengikuti konvensi capres Demokrat, Nafsiah mendukung
sepenuhnya. Dahlan sangat percaya dengan takdir. Dia mengistilahkan
dengan,”Saya sedang menjemput takdir,” ujarnya pada wartawan. Kalau
Allah SWT telah menakdirkan dirinya menjadi Presiden RI 2014-2019, ia
meyakini langkahnya akan dipermudah oleh-Nya.
Nafsiah akan tetap setia dan mendukung penuh apapun yang diputuskan
Dahlan Iskan. Dia juga tekun beribadah dan mendo’akan suaminya. Tak
lupa, ia juga juga berdoa dan ikut bekerja keras agar bangsa Indonesia
punya harapan baru dan menjadi Indonesia Baru.
Sumber : http://sosok.kompasiana.com/2013/10/05/nafsiah-sabri-wanita-dibalik-kesuksesan-dahlan-iskan-598820.html
0 komentar: