Jembatan di Halmahera Ini Dibuat dari Batu Bacan
TEMPO.CO, Ternate - Menjadikan batu
akik sebagai koleksi batu mulia mungkin itu biasa. Namun bagaimana
jadinya jika batu akik dijadikan sebagai bahan baku pembuatan jembatan
penghubung? Di Labuha, Halmahera Selatan, Maluku Utara, batu bacan
dijadikan bahan dasar pembuatan jembatan penghubung dua desa.
Hampir semua lantai dasar jembatan yang menghubungkan Desa Amasing Kota Utara dan Desa Amasing Kota Bara menggunakan batu bacan. Jembatan yang panjangnya 38 meter dan lebar 6 meter itu sedikitnya membutuhkan ribuan bongkahan batu bacan.
Muhammad Abusama, tokoh masyarakat Desa Amasing, mengatakan pembuatan jembatan dengan menggunakan batu bacan dilakukan sebagai simbol kebersamaan masyarakat Halmahera Selatan. Penggunaan batu bacan sebagai bahan baku jembatan untuk menguatkan identitas Halmahera Selatan sebagai daerah penghasil batu akik terbaik.
"Tetapi yang paling dasar dari pembangunan jembatan ini adalah menghubungkan kedua desa untuk saling bersilaturahmi dan menjalankan ibadah di Mesjid Kesultanan Bacan," ujar Muhammad kepada Tempo.
Menurut Muhammad, selain batu bacan, batu mulia dari Pulau Kayoa dan Obi Halmahera Selatan digunakan warga untuk membuat dinding jembatan. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kepedulian masyarakat terhadap keberadaan batu mulia lain di Halmahera Selatan.
"Kalau dihitung, kurang-lebih 2 ton batu bacan dan obi yang digunakan untuk membangun jembatan. Semua material batu bacan yang digunakan berasal dari dari Desa Palamea, Doko, dan Bisori Pulau Kasiruta," ujar Muhammad.
Ikbal Bafaqi, warga Labuha, menuturkan, sejak pamor batu bacan naik, jembatan ini mulai banyak dikunjungi wisatawan. Tak sedikit orang yang datang ke Labuha untuk menyempatkan diri berfoto dan mengabadikan jembatan tersebut. Makanya, tak heran, jembatan yang menghubungkan dua desa ini mulai dijadikan obyek wisata.
"Hampir setiap hari selalu ada saja wisatawan yang datang untuk melihat jembatan ini. Tak sedikit orang berkunjung menaruh kagum. Masyarakat di sini pun mulai merawat dan menjaga jembatan tersebut," kata Ikbal.
Hampir semua lantai dasar jembatan yang menghubungkan Desa Amasing Kota Utara dan Desa Amasing Kota Bara menggunakan batu bacan. Jembatan yang panjangnya 38 meter dan lebar 6 meter itu sedikitnya membutuhkan ribuan bongkahan batu bacan.
Muhammad Abusama, tokoh masyarakat Desa Amasing, mengatakan pembuatan jembatan dengan menggunakan batu bacan dilakukan sebagai simbol kebersamaan masyarakat Halmahera Selatan. Penggunaan batu bacan sebagai bahan baku jembatan untuk menguatkan identitas Halmahera Selatan sebagai daerah penghasil batu akik terbaik.
"Tetapi yang paling dasar dari pembangunan jembatan ini adalah menghubungkan kedua desa untuk saling bersilaturahmi dan menjalankan ibadah di Mesjid Kesultanan Bacan," ujar Muhammad kepada Tempo.
Menurut Muhammad, selain batu bacan, batu mulia dari Pulau Kayoa dan Obi Halmahera Selatan digunakan warga untuk membuat dinding jembatan. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kepedulian masyarakat terhadap keberadaan batu mulia lain di Halmahera Selatan.
"Kalau dihitung, kurang-lebih 2 ton batu bacan dan obi yang digunakan untuk membangun jembatan. Semua material batu bacan yang digunakan berasal dari dari Desa Palamea, Doko, dan Bisori Pulau Kasiruta," ujar Muhammad.
Ikbal Bafaqi, warga Labuha, menuturkan, sejak pamor batu bacan naik, jembatan ini mulai banyak dikunjungi wisatawan. Tak sedikit orang yang datang ke Labuha untuk menyempatkan diri berfoto dan mengabadikan jembatan tersebut. Makanya, tak heran, jembatan yang menghubungkan dua desa ini mulai dijadikan obyek wisata.
"Hampir setiap hari selalu ada saja wisatawan yang datang untuk melihat jembatan ini. Tak sedikit orang berkunjung menaruh kagum. Masyarakat di sini pun mulai merawat dan menjaga jembatan tersebut," kata Ikbal.
Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2015/03/08/058648077/Jembatan-di-Halmahera-Ini-Dibuat-dari-Batu-Bacan
0 komentar: