Rosmaini, wanita berusia 33 ini lebih memilih untuk berwirausaha dan
meninggalkan profesinya sebagai guru pendidikan anak usia dini (Paud).
Bermula dari aksi coba-coba untuk membiayai kuliahnya sebagai syarat
menjadi seorang guru, Ros panggilannya memulai untuk membuat sebuah
usaha di bidang industri makanan yakni keripik pisang.
Ros tak sungkan menawarkan produk dagangannya kepada teman-temannya di
kampus (Universitas Terbuka/UT) dan ditempatnya mengajar. Ia mulai
usahanya di 2010 dengan modal Rp400 ribu dan menjualkan keripik pisang
hasil produksinya seharga Rp1.000. Selain menawarkan produk dagangannya
kepada teman-teman di sekelilingnya, Ros juga menjajal untuk
mendistribusikannya ke minimarket dan mal, sayangnya tawaran yang ia
lakukan ditolak.
"Ada yang menolak secara halus, ada juga yang langsung bilang 'sudah gak
ada tempat untuk produkmu'. Intinya mereka minta bukti izin dari camat,
lurah, dan Departemen Kesehatan," ujar Ros ditemui di kediamannya,
Kampung Belimbing Kelurahan Sadai Kecamatan Batuampar, Batam, Kepulauan
Riau, Rabu (12/11/2014).
Namun penolakan tersebut tidak membuat ibu dari dua anak ini berhenti
memproduksi keripik pisang. Dengan niat mencari tambahan biaya, ia
bertekad untuk melebarkan usahanya. Beruntung, Tuhan mendengar niat
gigih Ros. Ada temannya yang memperkenalkannya dengan H. Komarudin yang
merupakan Kepala Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT
Jasa Raharja (Persero) Cabang Kepulauan Riau.
Jasa Raharja memiliki program kemitraan yakni dengan memberikan bantuan
berupa pinjaman dana untuk pelaku usaha kecil. Akhirnya, dengan
kepercayaan diri yang tinggi, Ros pun mencoba untuk meminjam Rp5 juta
pada Jasa Raharja pada akhir 2010. Dengan tenor 24 bulan (dua tahun)
dan bunga enam persen, Ros berhasil mengembalikan pinjamannya dalam
waktu 20 bulan.
Tak berhenti di sana, dia pun kembali meminjam dana sebesar Rp10 juta,
karena buah dari usahanya semakin berkembang dan memerlukan banyak
peralatan untuk mendukung produksi.
"Awalnya saya melakukannya sendiri, setelah Maghrib dia mulai kegiatan
produksi yakni 10 kilogram (kg) per hari. Di tahun kedua meminjam modal,
karena banyak yang minat produksi bertambah 30 kg per hari, dan itu
membutuhkan peralatan seperti penggorengan dan lain-lain. Semua
dilakukan secara manual tanpa mesin," terangnya.
Setelah bisa melunasi pinjaman keduanya, Ros semakin berani meminjam
dengan nilai yang lebih besar yakni Rp25 juta. Semakin hari permintaan
semakin bertambah, dia memberdayakan orang-orang disekitarnya yakni
saudara dekat. Saat ini ada tiga karyawan yang membantunya.
Namun, karena ia tak percaya pada orang lain, marketing pun
dilakukannya sendiri. Dengan bertambahnya pesanan hingga bisa memasok ke
sejumlah mal, supermarket, dan toko-toko yang ia promosikan secara door to door, Ros pun memilih untuk berhenti menjadi guru paud dan fokus ke bisnisnya.
"Enggak ada yang bisa dipercaya untuk menangani marketing,
harus saya sendiri. Lagi pula saat ini saya bisa menghasilkan omzet Rp25
juta per bulan, itu jauh dengan pendapatan sebagai guru yang hanya
Rp1,2 juta per bulan. Uang segitu di Batam cuma untuk kebutuhan hidup
sehari-hari. Sedangkan uang kuliah saya saja Rp2 juta per semester,"
tuturnya.
Pinjaman yang ketiga selain digunakan sebagai tambahan modal, namun juga
dipakai membeli sebuah mobil (angkot) sebagai sarana yang digunakan
untuk mengantarkan barang dagangannya tersebut ke toko-toko.
Bukan hanya mendapat uang untuk biaya kuliah dan kebutuhan hidup
sehari-hari, Ros kini juga mampu menggaji karyawannya di mana untuk
tukang goreng dia gaji sebesar Rp2 juta per bulan dan untuk tukang antar
produk ke toko-toko digaji Rp1,5 juta per bulan. "Namun itu semua
tergantung produksi dan berapa yang diantar," katanya.
Dirinya berharap ke depannya, ia akan mencoba untuk memasarkan produknya
dan merambah ke luar Batam. Ros menambahkan, saat pinjamannya dapat
dilunasi seluruhnya ia belum tahu apakah akan meminjam kembali kepada
Jasa Raharja atau memutuskan untuk melepas bantuan.
"Yang terpenting saya bisa melunasi dan ingin memperbesar tempat
produksi usahanya terlebih dulu. Karena, saat ini tempat yang digunakan
untuk kegiatan produksi adalah rumah petak yang saya huni," jelasnya.
Sementara, Komarudin menjelaskan pihaknya memang mencoba membantu para
pelaku usaha kecil yang memiliki niat mengembangkan usaha dan butuh
modal, seperti Rosmiani. "Saya yakin di usia 40-50 usaha yang
dilakukannya (Rosmiani) bakal lebih maju dan menjanjikan," terang
Komarudin.
Jasa Raharja selain menyelenggarakan program asuransi sosial untuk para
korban kecelakaan lalu lintas, juga memiliki program kemitraan yakni
memberi pinjaman pada pelaku usaha kecil dengan persyaratan merupakan
WNI, menjalankan usaha perseorangan bukan badan usaha dan anak usaha,
yang telah melakukan kegiatan usaha minimal satu tahun dan punya prospek
untuk dikembangkan, memiliki kekayaan bersih maksimum Rp200 juta (tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp1 miliar.
Jadi, apakah Anda berniat untuk mengembangkan usaha namun terbentur
modal dan takut untuk membayar bunga yang tinggi seperti di perbankan?
Anda bisa mengajukan proposal pinjaman ke Jasa Raharja, karena bunganya
hanya enam persen per tahun.
Sumber : http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/11/13/318021/mantan-guru-paud-bisa-hasilkan-omzet-rp25-juta-bulan-mau
0 komentar: