Muhammad Tulus Arsitek Bersuara Emas
Sekilas,
 lagunya terdengar seperti lagu-lagu pop pada umumnya, namun dibawakan 
dalam komposisi jazz yang lembut dan ‘bergizi’. Lagu berjudul Sewindu 
ini berhasil menduduki top chart dan diputar di radio. Pelantun lagu 
dari album berjudul Tulus yang baru diluncurkan September lalu ini 
adalah Muhammad Tulus. 
Debut
 pria yang pernah bekerja sebagai arsitek di Bandung ini adalah sebuah 
pembuktian dari kecintaannya pada musik sejak kecil. Di album yang ia 
rilis secara indie lewat label Musik Tulus dengan distributor Demajors 
ini  memang murni karyanya sendiri, dari lirik hingga musik. 
Kenapa
 ia tak bergabung dengan label besar? “Label sendiri ataupun label 
besar, bagi saya sama saja, yang penting kontennya. Kalau ada cara dan 
kesempatan lebih cepat untuk membuat album sendiri, kenapa tidak? Lagi 
pula, karya juga dari saya sendiri. Praktis, biaya termahal hanya untuk 
proses rekaman,” ungkap Tulus. Ia lalu mengajak Ari Renaldi, pemilik 
studio tempat dia pernah merekam demo, untuk menjadi produser albumnya, 
dengan produser eksekutif Riri Muktamar yang juga kakak kandungnya. 
Uniknya,
 Tulus yang punya kepekaan tinggi pada musik ini mengakui dirinya tak 
menguasai instrumen alat musik apa pun. Tidak pernah kursus instrumen 
musik dan kursus vokal, dari mana talenta musik diperolehnya?  “Banyak 
mendengar lagu,” jawabnya. Ia menambahkan, “Saya suka menulis esai, lalu
 saya corat-coret hingga menjadi sebuah lagu. Setiap kali selesai satu 
lagu,   saya akan menemui orang untuk memainkan gitar atau piano,” ujar 
Tulus, yang mengatakan, hingga sekarang.sudah ada 60 ‘draf’ lagu yang 
diciptakannya 
Mengenai
 musiknya, Tulus enggan menyebutnya jazz. “Saya lebih senang menyebutnya
 eklektik,” kata Tulus, yang punya referensi beragam genre musik. “Sama 
seperti orang yang banyak membaca buku, kalau ditanya buku apa yang 
paling favorit, susah menjawabnya.”
Sejak 
kecil, ia hobi mengoleksi kaset. “Uang jajan saya simpan, setiap akhir 
minggu saya gunakan untuk membeli kaset. Kalau ke toko kaset, tidak 
pernah berencana mau beli yang mana, semua maunya diambil,” kenang 
Tulus, tentang kegemarannya berburu kaset, meski ibunya dulu punya toko 
kaset. 
Ketika kuliah, Tulus sudah sering 
membawakan lagu-lagu standar jazz di Klab Jazz Bandung. Tapi, ia tak 
pernah menyangka, albumnya akan mendapat sambutan seperti sekarang.
Pada
 saat acara peluncuran albumnya yang digelar di Centre Culturel 
Francaise, Bandung, Tulus sempat tak yakin ada orang yang mau datang 
menontonnya. Tiket yang dijual sebanyak 350, ternyata ludes. “Saya pikir
 hanya akan ada 5 atau 10 orang yang datang. Tak disangka ratusan.” 
Tulus menambahkan, “Yang paling enak adalah bisa mendapatkan uang dari 
apa yang kita senangi. Itu adalah strata tertinggi karier impian,” 
ujarnya
Sumber : http://www.femina.co.id/waktu.senggang/selebritas/muhammad.tulusarsitek.bersuara.emas/006/002/116 


0 komentar: