Danau Di Tengah Laut
Danau yang terletak di pulau Kakaban tidak seperti danau-danau pada umumnya.
Pada mulanya danau itu merupakan laguna dari sebuah atol, yang terbentuk dari karang lebih dari 2 juta tahun yang lalu. Pada jaman itu telah terjadi proses pengangkatan selama beberapa ribu tahun, yang membuat terumbu karang di sekelilingnya naik di atas permukaan laut. Lima kilometer persegi air laut terperangkap di dalam pematang dengan ketinggian 50m, menjadikan area tersebut danau air laut. Danau tersebut dikelilingi oleh pohon-pohon bakau dan disekeliling pulau itu sendiri tertutup oleh pepohonan yang lebat. Bagian garis pantai Pulau Kakaban yang menghadap laut dikelilingi oleh terumbu karang yang menurun curam.
Mengapa Danau Kakaban Unik?
Jenis-jenis makhluk hidup yang ditemukan di Danau Kakaban pada dasarnya adalah jenis yang hidup di air laut seperti alga laut, anemon laut, ubur-ubur, spons, ketimun laut atau teripang, kepiting, dan Jenis-jenis ikan kecil lainnya. Selama beribu-ribu tahun mereka telah beradaptasi dan menyesuaikan diri hidup di dalam lingkungan air payau yang terisolasi karena air laut, yang tampaknya dapat masuk ke danau melalui celah-celah batuan pada sekeliling karang telah terbaur dengan air hujan. Tidak ditemukan saluran yang besar atau gua yang dapat menghubungkan keduanya. Oleh karena itu, tidak ada hewan besar yang dapat masuk atau keluar dari dalam danau selama beribu-ribu tahun.
Ilmuwan-ilmuwan bidang kelautan masih mencoba memecahkan misteri bagaimana sebuah ekosistem danau yang terisolasi dan rentan dapat mencukupi kebutuhan komunitas hewan dan tumbuhan yang hidup di dalamnya. Satu-satunya danau terkenal yang serupa dengan Danau Kakaban hanya ditemukan di Palau, sebuah negara kepulauan di Mikronesia, dengan spesies yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan Kakaban.
Jenis Hewan dan Tumbuhan di Danau Kakaban
Banyak sekali spesies makhluk hidup yang ditemukan di Danau Kakaban. Terdapat kira-kira tiga spesies alga hijau Halimeda menutupi area dasar danau yang dangkal, dan pada akar pohon-pohon bakau terdapat beberapa tunikata, spons, cacing tabung, kerang setangkup, udang-udangan, anemon laut, teripang, beberapa jenis ular laut, ikan kardinal, dan sedikitnya lima jenis ikan gobi. Beberapa spesies makhluk hidup lainnya belum dapat teridentifikasi. Danau ini diperkaya oleh empat jenis ubur-ubur (Cassiopeia ornata, Mastigias papua, Aurelia aurita dan Tripedalia cystophora), dibandingkan dengan hanya dua jenis-jenis yang ditemukan di Palau.
Cassiopeia atau "ubur-ubur terbalik" dapat ditemukan berbaring di dasar danau yang dangkal untuk mendapatkan sinar matahari guna memproses makanannya. Satu lagi yang menarik yang dapat ditemukan di Danau Kakaban, yaitu anemon pemakan ubur-ubur. Anemon ini berwarna putih karena telah kehilangan symbiosisnya dengan alga hijau (zooxanthellae). Anemon ini memakan ubur-ubur yang berenang terlalu dekat dengannya sehingga tentakelnya terjerat.
Potensi ekonomi
Kakaban akan menarik perhatian turis-turis mancanegara dengan keunikannya. Sebagai contoh, Danau ubur-ubur yang terdapat di Palau didatangi oleh lebih dari 30.000 pengunjung/turis per tahun meskipun Palau hanya berpenduduk sebanyak 15.000 orang yang mendiami wilayah seluas 487 km2 (bandingkan dengan Kabupaten Berau yang berpenduduk 99.738 orang pada tahun 1996 dan memiliki wilayah seluas 24.201 km2). Apabila Danau Kakaban dapat menarik 10 % saja dari jumlah pengunjung yang datang ke Palau per-tahunnya, dan biaya masuknya dikenakan sebesar US$ 7 per orang, maka jumlah pendapatan yang akan masuk ke pemerintah setempat yaitu kira-kira sebesar US$ 21.000 atau 172 juta rupiah per tahun belum termasuk keuntungan finansial lainnya yang didapat melalui fasilitas transportasi, penginapan, dan pajak pendapatan dari pengelola wisata dan badan jasa lainnya.
Seperti halnya dengan laut sekelilingnya, organisme di dalam danau Kakaban juga mungkin memiliki zat-zat dengan fungsi obat-obatan, yang terancam hilang sebelum kita mengetahuinya. Perencanaan pengelolaan yang terintegrasi merupakan sarana yang sangat penting untuk mengatur aset nasional ini secara efisien dan berkesinambungan. Aktifitas pembangunan yang bertujuan jangka pendek dapat membahayakan pembangunan di masa depan dan pendapatan ekonomi seluruh daerah.
Ancaman
Sehubungan dengan potensi pariwisata yang dimiliki, Danau Kakaban dapat terancam apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan sejak dini. Ancaman ini dapat berupa dampak yang merusak dengan adanya pariwisata yang tidak terkendali yang menyebabkan polusi, peningkatan sedimentasi, dan kerusakan fisik yang disebabkan oleh pengunjung yang berenang di danau, penggunaan mesin-mesin tempel di danau mengakibatkan terganggunya habitat, punahnya spesies, dan pada akhirnya akan berakibat menurunnya potensi pariwisata. Beberapa aktifitas yang sekarang sedang dilakukan untuk membangun sarana pariwisata di Kakaban yang dapat menimbulkan pengaruh buruk pada lingkungan di sana yaitu:
Kayu yang digunakan untuk membangun penghinapan dan jalan sepanjang 147 m ditebang di hutan Kakaban, dekat dengan danau. | |
Dua buah kapal yang dioperasikan dengan mesin tempel, dibuat di sana untuk membawa turis keliling danau dan untuk menampung persediaan air. | |
Menurut berita yang terdengar, sebanyak 70 penyu sisik telah dilepas ke dalam danau. Penyu sisik bukan merupakan bagian dari ekosistem danau sehingga dapat menimbulkan ancaman tersendiri bagi keseimbangan organisme-organisme yang hidup di dalamnya, dan juga ancaman bagi pariwisata karena penyu sisik makan spons dan makhluk lainnya yang hidup di akar pohon bakau, yang menjadi atraksi bagi fotografer bawah laut dan juga orang-orang yang berenang. | |
Sampah-sampah juga ditemukan dekat jalan dan di daerah yang sedang dibangun. Penanggulangan limbah sebaiknya mendapat perhatian yang khusus untuk mencegah polusi yang disebabkan oleh limbah. | |
Jumlah pengunjung yang tidak terkendali tanpa pengaturan yang jelas dan tanpa adanya pembagian wilayah untuk pemakaian yang berbeda di danau akan berdampak pada kerusakan fisik yang sangat cepat pada komunitas hewan dan tumbuhan yang hidup di daerah danau yang dangkal. Pengalaman di Palau menunjukkan betapa cepat dampak negatif dapat terjadi dan oleh karenanya dibuat peraturan yang melarang pemakaian "sepatu katak " (fin) di danau guna mengurangi terjadinya kerusakan. |
Solusi
Seiring dengan berkembang pesatnya jumlah wisatawan yang datang, dampak negatif yang ditimbulkan akan menjadi perhatian utama pemerintah daerah.Untuk mempertahankan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan perlindungan akan aset nasional dalam jangka panjang, maka pengelolaan sumber daya alam secara terpadu merupakan aspek yang paling penting.
Apabila ada yang ingin melakukan pengelolaan pariwisata, penting untuk melaksanakan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) atau pengkajian dampak lingkungan dalam rangka memastikan dampak-dampak dari pembangunan resort dan konstruksi. Pertanyaan-pertanyaan seperti daya tampung, pembagian jatah dan skema zonasi harus terjawab, sebelum dampak buruknya sudah semakin nyata. Pembagian wilayah (zonasi) akan menjadi metode yang paling sesuai untuk diterapkan dalam mengatur Kakaban.
Metode ini membagi wilayah-wilayah untuk penggunaan yang berbeda (daerah khusus untuk ekowisata, daerah khusus untuk penelitian, daerah yang dilindungi, dll) sehingga kelestarian dari wilayah ini akan tetap terjaga. Pembangunan fasilitas untuk pariwisata di pulau-pulau sekeliling Kakaban dan pembangunan sistem pembatasan jumlah pengunjung dalam waktu tertentu (kuota) dapat menjamin keuntungan jangka panjang bagi pihak-pihak terkait di tingkat regional, propinsi, nasional, dan internasional.
Sumber : http://www.terangi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=25%3Akakaban-danau-di-tengah-%20laut&catid=13%3Asains&Itemid=2&lang=id
0 komentar: