Pernah mendengan tentang danau yang mempunyai dua rasa dan bening laksana kaca? Kalau belum datang saja ke Danau Labuan Cermin!
Danau Labuan Cermin terletak di Desa Labuan Kelambu di Kecamatan Biduk-biduk Kalimantan Timur yang bisa ditempuh dengan perjalanan darat sekitar 6 sampai 7 jam dari ibukota Kabupaten Berau, Tanjung Redeb. Untuk mencapai Berau sendiri ada beberapa cara seperti yang biasa dilakukan untuk mencapai Kepulauan Derawan. Memang biasanya wisatawan yang kesini biasanya terlebih dahulu mengunjungi surga bawah laut di Kepulauan Derawan.
|
Ikan-ikan kecil |
Pagi pertama saya di biduk-biduk disambut oleh sinar matahari yang terlihat malu-malu di ufuk timur, segera setelah sarapan ikan bakar segede telapak tangan seperti yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya, (Tamu Pertama di Penginapan Sivia, Biduk-biduk) saya melaju perlahan dengan motor yang dipinjamkan oleh pemilik penginapan.
Mengikuti papan petunjuk danau Labuan Cermin, saya masuk ke sebuah jalan tampaknya baru saja disemen, hampir saja terlewatkan ketika tiba di sebuah jembatan karena spanduk informasi yang ada sudah tampak kusam, robek di sana-sini dan tulisannya hampir tidak terbaca lagi.
|
Pintu Masuk ke Danau |
Sambil menunggu perahu, saya berbincang-bincang dengan ibu pemilik toko yang saya singgahi, rupanya dia menyewakan ban dalam untuk pelampung dan alat utuk snorkeling. Bahkan beliau juga sempat curhat tentang persaingan yang tidak sehat oleh salah satu pemilik kapal. Dia melarang menumpang untuk menyewa ban dengan beliau karena dia juga mempunyai 3 ban sewaan di dalam danau.
|
Bermain di air bening |
Rupanya memang benar yang dikeluhkan ibu tersebut, saya sendiri mendengar ketika ada yang ingin menyewa ban dia berkata, “Tidak usah saja menyewa di sini, di dalam juga saya juga punya ban untuk disewakan”.
“Tuh kan dengar sendiri” kata ibunya. Saya hanya tersenyum, situasi sebenarnya berbeda seandainya dia hanya menyarankan kepada tamu yang datang untuk memilih menyewa di sini atau didalam, tidak dengan melarang. Miris memang, keserakahan kadang bisa membutakan manusia.
|
Danau Labuan Bermin |
Setelah perahu kedua datang sayapun segera naik karena bertepatan dengan ada satu rombongan keluarga yang datang. Hanya ada dua perahu yang biasa mengantarkan para wisatawan disini, setelah mengantarkan tamu ke danau mereka kembali lagi ke jembatan unntuk menunggu menumpang yang ingin menuju danau, setelah itu baru mereka menjemput tamu yang berada didalam.
Begitu perahu meninggalkan jembatan titik pemberangkatan perahu langsung berhadapan dengan arus deras dari dalam karena bertepatan dengan air yang mulai surut. Setelah lewat di bawah jembatan besi kita akan memasuki sebuah laguna yang tidak telalu dalam, hingga dasarnya terlihat dengan jelas.
Tak jauh memang perjalan menuju danau dua rasa ini, sekitar 15 menit perjalanan setelah melalui jalan masuk yang dihalangi oleh pipa sumber air bersih yang menghalangi perahu untuk masuk ke danau ketika air pasang, kita akan masuk ke sebuah danau dengan airnya yang berwarna biru kehijauan.
|
Danau Dua Rasa |
Ada sebuah rakit yang telah dibuat untuk para wisatawan berganti pakaian dan duduk-duduk sebelum masuk kedalam air. Saya mencoba untuk mencelupkan tangan dan mengecapnya dengan lidah saya,
Ah, tawar.
"Dibawah om yang asin, kalau diatas biasa aja airnya" bilang seorang anak disamping saya.
Itulah yang pertama kali saya lakukan ketika pertama kali sampai di sebuah danau berair sebening kaca ini, tak heran orang-orang menamainya dengan Danau Labuan Cermin. Selain airnya yang jernih danau yang tak lebih luas dari lapangan bola ini juga mempunyai keunikan yang tidak dimiliki oleh danau biasa lainnya, yaitu kandungan air yang berada di dalamnya. Air laut dan air tawar hidup rukun berdampingan bagaikan dipisahkan oleh kaca yang tak terlihat oleh mata.
Sayapun teringat sebuah ayat dalam Al-quran yang berbunyi " Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi " (QS. Al-Furqan: 53). Di sana sudah dijelaskan dengan gamblang bahwa takkan tercampur air asin dan air tawar, yang mana Al-quran tersebut sudah diturunkan bahkan sebelum ada tekhnologi untuk menyelam labih dalam.
|
Cahaya tembus sampai dasar |
Berenang kesana kemari di dalam air jernih yang menyegarkan tidak cuma menyegarkan badan, tapi juga fikiran saya setelah perjalanan jauh yang saya tempuh untuk sampai kesini. Menikmati setiap momen berendam di dalam air yang dingin, melihat ikan-ikan yang berenang dengan jinak merupakan yang disebut “Real Holiday”.
Bermodalkan masker dan fin yang disewa saya mencoba untuk berenang ke sisi lain danau ini. Namun bayangan akan makhluk air dengan giginya yang tajam mencabik-cabik paha mulus berbikini dalam film “Piranha” membuat saya membalikan badan, memang film-film sejenis yang membuat image hewan seperti hiu yang sebenarnya tidak akan menggangu manusia jika tidak diganggu, bahkan cendrung takut dan menghindar apabila bertemu dengan manusia menjadi sangar.
|
Berkeliling dengan perahu |
Gerombolan ikan tampak berenang dengan bebasnya diantara kayu-kayu yang tenggelam dalam air, saya coba beberapa kali menyelam untuk merasakan perbedaan air di dalam danau tersebut. Teman kecil saya juga menyelam ke dasar danau untuk mengisi botol dengan air asin yang berada dibagian bawah untuk sekedar membuktika kepada yang lain yang yang tidak bisa menyelam.
Matahari mulai bersinar terik tepat di atas ubun-ubun ketika kami mulai meninggalkan danau ini, nahkoda kita harus begerak lincah untuk mencari bagian air yang lebih dalam agar haluan perahu kita tidak menyentuh dasar air.
Sebenarnya masih banyak potensi lain yang dimiliki oleh Kecamatan Biduk-biduk, hanya saja sayang masih belum digarap dan dikelola dengan baik. Garis pantainya yang membentang sepanjang jalan mempunyai pantai yang putih bersih dilengkapi dengan pohon nyiur yang melambai seakan memanggil untuk untuk memasang hammock ke batangnya sambil menikmati air kelapa muda langsung dari pohonnya.
|
Pantai idaman di Biduk-biduk |
Selain itu masih ada Teluk Sulaiman yang mempunyai lanskap dikelilingi oleh perbukitan hijau, air tejun , muara sungai yang berarus deras bahkan sebuah pulau yang katanya mempunyai pemandangan bawah laut dengan terumbu karang yang indah.
Sayangnya saya tidak punya waktu untuk mengeksplore lebih jauh potensi tersembunyi yang dimiliki oleh Biduk-Biduk. Pesan “Jangan lupa datang lagi ke sini ya” dari ibu pemilik penginapan seakan-akan pertanda bahwa suatu saat saya akan kembali lagi ke tempat ini.
Sumber : http://www.backpackerborneo.com/2013/08/danau-labuan-cermin-keajaiban-dua-rasa.html
0 komentar: